Kerajaan Klungkung
Kerajaan Klungkung adalah suatu kerajaan yang didirikan pada
abad ke-17di Pulau Bali bagian tenggara. Kerajaan ini juga menguasai
pulau-pulau di lepas pantai Selat Badung yaitu Nusa Ceningan, Nusa Lembongan,
dan Nusa Penida. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Klungkung
berstatus sebagai Daerah Tingkat 2 Klungkung
· Berdirinya Kerajaan Klungkung
Kerajaan Klungkung berdiri
bersamaan dengan dibangunnya Puri Agung Klungkung di Semarapura pada tahun 1686
dan diakhiri dengan Puputan Klungkung tahun 1908 sebagai kerajaan terakhir di
Bali yang melakukan perlawanan dengan cara puputan dalam mempertahankan
eksistensinya sebagai kerajaan yang merdeka terhadap meluasnya praktik politik
kolonial Belanda di Nusantara Ida I Dewa Agung Jambe adalah Pendiri Kerajaan Klungkung tahun 1686 dan merupakan
penerus Dinasti Gelgel. Kerajaan Gelgel
pada waktu itu merupakan pusat kerajaan di Bali dan masa keemasan
kerajaan ini tercipta pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong , di mana kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
berhasil dicapai .
Pada tahun 1650 telah terjadi
pemberontakan oleh seorang Perdana Menteri
Kerajaan bernama I Gusti Agung Maruti
yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Gelgel yang pada saat itu diperintah Dalem Dimade. Gusti Agung Maruti
mengambil alih Kerajaan tersebut dari tangan Dalem Dimade raja terakhir yang
memerintah kerajaan Gelgel. Pada waktu itu Dalem Dimade menyelamatkan diri
dengan mengungsi ke Desa Guliang di wilayah Kerajaan Bangli . Salah seorang Putranya yakni Ida I
Dewa Agung Jambe sebagai mana tersebut di atas kemudian berhasil kembali
merebut kerajaan Gelgel dari cengkraman I Gusti Agung Maruti pada tahun 1686 Masehi . Sejak itu Gelgel tidak
lagi sebagai tempat kerajaan . Di suatu daerah yang letaknya agak ke utara dari
Gelgel, dan daerah ini dinamai Klungkung, disitulah kemudian Ida I Dewa Agung
Jambe mendirikan Istana tempat tinggal.
Istana ini kemudian dinamakan Semarapura atau Semarajaya . Sejak itu gelar “Dalem” tidak lagi dipergunakan bagi raja-
raja yang memerintah di Kerajaan
Klungkung. Gelar yang disandang secara turun – temurun oleh raja – raja
Klungkung disebut “ Dewa Agung “.
Beberapa raja telah memerintah
secara turun – temurun di Kerajaan klungkung , dan yang terakhir adalah Ida I
Dewa Agung Gede Jambe ( Ida I Dewa Agung Putra IV ), kebetulan namanya sama
dengan nama raja yang telah mendirikan Kerajaan Klungkung ini . Kerajaan Klungkung tidak bertahan lama,
wilayah kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil seperti kerajaan
Badung, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Bangli, Tabanan, Jembrana, Denpasar dan
kerajaan Klungkung sendiri.
Pada masa pemerintahan raja Klungkung terakhir yaitu
Ida I Dewa Agung Gede Jambe
tepatnya pada tanggal 28 April
1908 telah terjadi suatu peristiwa yang
menggemparkan di Kerajaan
Klungkung . Serdadu Belanda di bawah Komando Jenderal M . B . Rost Van
Tonningen telah melakukan serangan terhadap Kerajaan Klungkung .
Raja Ida I Dewa Agung Jambe
dengan disertai para Bahudanda ( Pembesar Kerajaan ) dan segenap rakyatnya yang
setia berupaya melakukan perlawanan yang
gigih terhadap serangan bengis pasukan Belanda tersebut , namun sia –
sia. Akhirnya Raja bersama sekalian dengan pengikutnya gugur di medan Puputan.
Sedangkan di pihak Belanda walaupun ada juga beberapa yang tewas dan luka – luka, tapi ini tidak
berarti apa – apa bagi keutuhan pasukan Belanda, namun cukup memberikan
pukulan psikologis terhadap Belanda.
Kejadian itu sampai sekarang dikenal sebagai “PUPUTAN KLUNGKUNG “. Sejak itu
Kerajaan Klungkung dan seluruh Bali
menjadi jajahan Belanda .
Guna memulihkan situasi Kerajaan
Klungkung yang baru saja ditaklukkan yaitu dalam upaya agar rakyatnya mau
memberikan simpati dan dukungan kepada
Pemerintah Kerajaan yang baru, maka Pemerintah Hindia – Belanda telah memutuskan untuk mengangkat seorang tokoh yang tepat untuk menjadi raja.
Tokoh tersebut tiada lain ialah Ida I
Dewa Agung Gede Oka Geg . Penobatannya yakni sebagai regen ( Zelfbesturder Landschap Van Klungkung ) dilakukan
pada bulan Juli 1929. Siasat ini dapat memulihkan keadaan di Kerajaan
Klungkung sampai akhirnya bangsa
Indonesia memploklamirkan Kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Zelfbestuur atau dikenal juga
dengan istilah swapraja adalah istilah untuk
wilayah yang memiliki hak pemerintahan sendiri. Status swapraja berarti
daerah tersebut dipimpin oleh pribumi serta
berhak mengatur urusan administrasi, hukum, dan budaya internalnya.
Pemerintahan pendudukan Jepang (1942-1945) menggantikan status daerah swapraja
menjadi kochi. Selanjutnya Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, melalui
Undang-undang Darurat Republik Indonesia no 69 tahun 1958 tanggal 9 Agustus
1958 tentang Pembentukan daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Daerah Swapraja
Klungkung diubah bentuknya menjadi Daerah Tingkat II Klungkung.
Ketika dilaksanakannya
Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka DATI 2 diubah
dengan nama Kabupaten DATI 2dan
kemudian disempurnakan lagi dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 yang menggantikan nama Kabupaten.
Dan seiring dengan perjalanan sang waktu, ibu kota kabupaten yakni Kota Klungkung
pun diubah dan diresmikan namanya menjadi Kota Semarapura pada 28 April 1992
oleh Menteri Dalam Negeri Rudini berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.18
tahun 1992. Selanjutnya, setiap 28 April ditetapkan sebagai Hari Puputan
Klungkung dan HUT Kota Semarapura. Hari jadi kota Semarapura
bertepatan juga dengan peresmian Monumen Puputan Klungkung
· Gambar
bendera kerajaan klungkung
· Wilayah
peta kerajaan klungkung pada tahun 1938
· Kemunduran
kerajaan
Belanda mulai mengurangi kedaulatan Kerajaan Klungkung dan
ingin memasukkan ke dalam wilayah Hindia Belanda, seperti pada tanggal 24 Mei
1843 diadakan perjanjian penghapusan tradisi tawan karang Kerajaan Klungkung.
Perjanjian ini telah menimbulkan rasa tidak senang dikalangan pejabat kerajaan.
Ditambah dengan sebab-sebab lainnya seperti perampasan dua buah kapal yang
kandas di Bandar Batulahak (Kusamba). Keterlibatan laskar Klungkung dalam
perang antara Buleleng dengan Militer Belanda di Jagaraga tahun 1848-1849
mempertajam permusuhan antara pihak Belanda dengan pihak Kerajaan Klungkung.
Permusuhan dan rasa tidak puas Dewa Agung Istri Balemas memuncak, dan akhirnya
meletus menjadi perang terbuka yaitu Perang Kusamba tahun 1849. Pada perang
itulah Jenderal Michiels tewas sebagai pimpinan ekspedisi militer Belanda.
Yang menarik dari peristiwa perang Kusamba menurut sumber
penulis Belanda ialah munculnya tokoh wanita yaitu Dewa Agung Istri Balemas
sebagai seorang sebagai seorang wanita yang sangat benci dan menentang
intervensi Belanda dan ia dianggap pemimpin golongan yang senantiasa
menggagalkan perjanjian perdamaian dengan pihak Belanda.
Diawal Abad ke-20 disodorkan lagi perjanjian tentang Tapal
Batas antara Kerajaan Gianyar dengan Kerajaan Klungkung, tepatnya pada tanggal
7 Oktober 1902. Setelah penandatanganan perjanjian Tapal Batas timbul
perselisihan antara Kerajaan Klungkung dengan Gubernemen mengenai Daerah
Abeansemal, Vasal Kerajaan Klungkung yang berada di daerah Kerajaan Gianyar.
Dukungan raja Klungkung dilakukan semasa meletusnya perang Puputan di Kerajaan
Badung tahun 1906.
Perjanjian tanggal 17 Oktober 1906 tentang kedaulatan
Gubernemen atas Kerajaan Klungkung telah menurunkan status kenegaraan dan
politik Kerajaan Klungkung sebagai sesuhunan raja-raja Bali. Hal ini memperkuat
sikap menentang Dewa Agung Jambe II dan kalangan pembesar kerajaan yang
memuncak pada perlawanan Puputan Klungkung tahun 1908, yang menyebabkan
kehancuran kerajaan dengan terbunuhnya raja Dewa Agung Jambe II beserta banyak
pengikutnya.
Pada 25 Juli 1929, pemerintah Hindia Belanda merestorasi
kepemimpinan Kerajaan Klungkung dengan mengangkat Dewa Agung Oka Geg sebagai
Regent. Selanjutnya setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Klungkung hanya
berstatus sebagai sebuah kabupaten di dalam pemerintahan Provinsi Bali.
· Daftar Raja dan Ratu Klungkung
1.
Dewa Agung Jambe I (1686-1722)
2.
Dewa Agung Gede (1722-1736)
3.
Dewa Agung Made (1736-1760)
4.
Dewa Agung Sakti (1760-1790)
5.
Dewa Agung Putra I Kasamba (1790-1809)
6.
Dewa Agung Panji
7.
Dewa Agung Putra
8.
Dewa Agung Putra I
9.
Gusti Ayu Karang (1809-1814)
10.
Dewa Agung Putra II (1814-1851
11.
Dewa Agung Istri Kania (1814-1856)
12.
Dewa Agung Putra III (1851-1903)
13.
Dewa Agung Jambe II (1903-1908)
14.
Interregnum (1908-1929)
15.
Dewa Agung Oka Geg (1929-1965)
16.
Interregnum (1965-1998)
17.
Dewa Agung Cokorda Gede Agung (1998-?)
18.
Dewa Agung Cokorda Gede Agung
Semaraputra (2010-Sekarang)
sekian penjelasan saya tentang sejarah kerajaan klungkung yang saya ketahui jika ada kesalahan informasi mohon dimaafkan.
Betway App: Betway App for iPhone and iPad - JTM Hub
BalasHapusThe Betway App can 천안 출장마사지 be downloaded for 광주 출장안마 free on iOS 춘천 출장마사지 and Android devices, but 아산 출장마사지 the most recent version of Betway.com 충주 출장마사지 is available for iOS and Android