Rabu, 18 Mei 2016

Sejarah Singkat Tentang Kerajaan Klungkung


Kerajaan Klungkung


Kerajaan Klungkung adalah suatu kerajaan yang didirikan pada abad ke-17di Pulau Bali bagian tenggara. Kerajaan ini juga menguasai pulau-pulau di lepas pantai Selat Badung yaitu Nusa Ceningan, Nusa Lembongan, dan Nusa Penida. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Klungkung berstatus sebagai Daerah Tingkat 2 Klungkung
·    Berdirinya Kerajaan Klungkung
Kerajaan Klungkung berdiri bersamaan dengan dibangunnya Puri Agung Klungkung di Semarapura pada tahun 1686 dan diakhiri dengan Puputan Klungkung tahun 1908 sebagai kerajaan terakhir di Bali yang melakukan perlawanan dengan cara puputan dalam mempertahankan eksistensinya sebagai kerajaan yang merdeka terhadap meluasnya praktik politik kolonial Belanda di Nusantara Ida I Dewa Agung Jambe adalah Pendiri  Kerajaan Klungkung tahun 1686 dan merupakan penerus Dinasti Gelgel. Kerajaan Gelgel   pada waktu itu merupakan pusat kerajaan di Bali dan masa keemasan kerajaan ini tercipta pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong ,  di mana kemakmuran dan kesejahteraan rakyat berhasil dicapai .

Pada tahun 1650 telah terjadi pemberontakan oleh seorang Perdana Menteri  Kerajaan bernama I Gusti Agung Maruti  yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Gelgel yang pada saat itu  diperintah Dalem Dimade. Gusti Agung Maruti mengambil alih Kerajaan tersebut dari tangan Dalem Dimade raja terakhir yang memerintah kerajaan Gelgel. Pada waktu itu Dalem Dimade menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Desa Guliang di wilayah Kerajaan  Bangli . Salah seorang Putranya yakni Ida I Dewa Agung Jambe sebagai mana tersebut di atas kemudian berhasil kembali merebut kerajaan Gelgel dari cengkraman I Gusti Agung Maruti pada  tahun 1686 Masehi . Sejak itu Gelgel tidak lagi sebagai tempat kerajaan . Di suatu daerah yang letaknya agak ke utara dari Gelgel, dan daerah ini dinamai Klungkung, disitulah kemudian Ida I Dewa Agung Jambe mendirikan  Istana tempat tinggal. Istana ini kemudian dinamakan Semarapura atau Semarajaya . Sejak itu gelar  “Dalem” tidak lagi dipergunakan bagi raja- raja yang memerintah di  Kerajaan Klungkung. Gelar yang disandang secara turun – temurun oleh raja – raja Klungkung  disebut “ Dewa Agung “.

Beberapa raja telah memerintah secara turun – temurun di Kerajaan klungkung , dan yang terakhir adalah Ida I Dewa Agung  Gede  Jambe ( Ida I Dewa  Agung Putra IV ), kebetulan namanya sama dengan nama raja yang telah mendirikan Kerajaan Klungkung  ini . Kerajaan Klungkung tidak bertahan lama, wilayah kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil seperti kerajaan Badung, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Bangli, Tabanan, Jembrana, Denpasar dan kerajaan Klungkung sendiri.

Pada masa  pemerintahan raja Klungkung terakhir yaitu Ida I Dewa Agung Gede Jambe  tepatnya  pada tanggal 28 April 1908 telah terjadi suatu peristiwa yang  menggemparkan di Kerajaan  Klungkung . Serdadu Belanda di bawah Komando Jenderal M . B . Rost Van Tonningen telah melakukan serangan terhadap Kerajaan  Klungkung .



Raja Ida I Dewa Agung Jambe dengan disertai para Bahudanda ( Pembesar Kerajaan ) dan segenap rakyatnya yang setia berupaya melakukan perlawanan yang  gigih terhadap serangan bengis pasukan Belanda tersebut , namun sia – sia.  Akhirnya  Raja bersama sekalian  dengan pengikutnya gugur di medan Puputan. Sedangkan di  pihak  Belanda walaupun ada juga beberapa  yang tewas dan luka – luka, tapi ini tidak berarti apa – apa bagi keutuhan pasukan Belanda, namun cukup memberikan pukulan  psikologis terhadap Belanda. Kejadian itu sampai sekarang dikenal sebagai “PUPUTAN KLUNGKUNG “. Sejak itu Kerajaan Klungkung  dan seluruh Bali menjadi  jajahan Belanda .

Guna memulihkan situasi Kerajaan Klungkung yang baru saja ditaklukkan yaitu dalam upaya agar rakyatnya mau memberikan simpati dan dukungan  kepada Pemerintah Kerajaan yang baru, maka Pemerintah Hindia – Belanda  telah memutuskan untuk mengangkat  seorang tokoh yang tepat untuk menjadi raja. Tokoh tersebut tiada lain ialah  Ida I Dewa Agung Gede Oka Geg . Penobatannya yakni sebagai regen  ( Zelfbesturder Landschap Van Klungkung  ) dilakukan  pada bulan Juli 1929. Siasat ini dapat memulihkan keadaan di Kerajaan Klungkung  sampai akhirnya bangsa Indonesia memploklamirkan Kemerdekaannya pada tanggal  17 Agustus 1945.

Zelfbestuur atau dikenal juga dengan istilah swapraja adalah istilah untuk  wilayah yang memiliki hak pemerintahan sendiri. Status swapraja berarti daerah tersebut dipimpin oleh pribumi serta  berhak mengatur urusan administrasi, hukum, dan budaya internalnya. Pemerintahan pendudukan Jepang (1942-1945) menggantikan status daerah swapraja menjadi kochi. Selanjutnya Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, melalui Undang-undang Darurat Republik Indonesia no 69 tahun 1958 tanggal 9 Agustus 1958 tentang Pembentukan daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Daerah Swapraja Klungkung diubah bentuknya menjadi Daerah Tingkat II Klungkung.

Ketika dilaksanakannya Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka DATI 2 diubah dengan nama Kabupaten DATI 2dan kemudian  disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 yang menggantikan nama Kabupaten. Dan seiring dengan perjalanan sang waktu, ibu kota kabupaten yakni Kota Klungkung pun diubah dan diresmikan namanya menjadi Kota Semarapura pada 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri Rudini berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.18 tahun 1992. Selanjutnya, setiap 28 April ditetapkan sebagai Hari Puputan Klungkung dan HUT  Kota Semarapura. Hari jadi kota Semarapura bertepatan juga dengan peresmian Monumen Puputan Klungkung
·      Gambar bendera kerajaan klungkung



·      Wilayah peta kerajaan klungkung pada tahun 1938

·      Kemunduran kerajaan

Belanda mulai mengurangi kedaulatan Kerajaan Klungkung dan ingin memasukkan ke dalam wilayah Hindia Belanda, seperti pada tanggal 24 Mei 1843 diadakan perjanjian penghapusan tradisi tawan karang Kerajaan Klungkung. Perjanjian ini telah menimbulkan rasa tidak senang dikalangan pejabat kerajaan. Ditambah dengan sebab-sebab lainnya seperti perampasan dua buah kapal yang kandas di Bandar Batulahak (Kusamba). Keterlibatan laskar Klungkung dalam perang antara Buleleng dengan Militer Belanda di Jagaraga tahun 1848-1849 mempertajam permusuhan antara pihak Belanda dengan pihak Kerajaan Klungkung. Permusuhan dan rasa tidak puas Dewa Agung Istri Balemas memuncak, dan akhirnya meletus menjadi perang terbuka yaitu Perang Kusamba tahun 1849. Pada perang itulah Jenderal Michiels tewas sebagai pimpinan ekspedisi militer Belanda.

Yang menarik dari peristiwa perang Kusamba menurut sumber penulis Belanda ialah munculnya tokoh wanita yaitu Dewa Agung Istri Balemas sebagai seorang sebagai seorang wanita yang sangat benci dan menentang intervensi Belanda dan ia dianggap pemimpin golongan yang senantiasa menggagalkan perjanjian perdamaian dengan pihak Belanda.

Diawal Abad ke-20 disodorkan lagi perjanjian tentang Tapal Batas antara Kerajaan Gianyar dengan Kerajaan Klungkung, tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1902. Setelah penandatanganan perjanjian Tapal Batas timbul perselisihan antara Kerajaan Klungkung dengan Gubernemen mengenai Daerah Abeansemal, Vasal Kerajaan Klungkung yang berada di daerah Kerajaan Gianyar. Dukungan raja Klungkung dilakukan semasa meletusnya perang Puputan di Kerajaan Badung tahun 1906.

Perjanjian tanggal 17 Oktober 1906 tentang kedaulatan Gubernemen atas Kerajaan Klungkung telah menurunkan status kenegaraan dan politik Kerajaan Klungkung sebagai sesuhunan raja-raja Bali. Hal ini memperkuat sikap menentang Dewa Agung Jambe II dan kalangan pembesar kerajaan yang memuncak pada perlawanan Puputan Klungkung tahun 1908, yang menyebabkan kehancuran kerajaan dengan terbunuhnya raja Dewa Agung Jambe II beserta banyak pengikutnya.

Pada 25 Juli 1929, pemerintah Hindia Belanda merestorasi kepemimpinan Kerajaan Klungkung dengan mengangkat Dewa Agung Oka Geg sebagai Regent. Selanjutnya setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Klungkung hanya berstatus sebagai sebuah kabupaten di dalam pemerintahan Provinsi Bali.
·    Daftar Raja dan Ratu Klungkung
1.     Dewa Agung Jambe I (1686-1722)
2.     Dewa Agung Gede (1722-1736)
3.     Dewa Agung Made (1736-1760)
4.     Dewa Agung Sakti (1760-1790)
5.     Dewa Agung Putra I Kasamba (1790-1809)
6.     Dewa Agung Panji
7.     Dewa Agung Putra
8.     Dewa Agung Putra I
9.     Gusti Ayu Karang (1809-1814)
10.                        Dewa Agung Putra II (1814-1851
11.                        Dewa Agung Istri Kania (1814-1856)
12.                        Dewa Agung Putra III (1851-1903)
13.                        Dewa Agung Jambe II (1903-1908)
14.                        Interregnum (1908-1929)
15.                        Dewa Agung Oka Geg (1929-1965)
16.                        Interregnum (1965-1998)
17.                        Dewa Agung Cokorda Gede Agung (1998-?)
18.                        Dewa Agung Cokorda Gede Agung Semaraputra (2010-Sekarang)

 sekian penjelasan saya tentang sejarah kerajaan klungkung yang saya ketahui jika ada kesalahan informasi mohon dimaafkan.


1 komentar :

  1. Betway App: Betway App for iPhone and iPad - JTM Hub
    The Betway App can 천안 출장마사지 be downloaded for 광주 출장안마 free on iOS 춘천 출장마사지 and Android devices, but 아산 출장마사지 the most recent version of Betway.com 충주 출장마사지 is available for iOS and Android

    BalasHapus